
Aufa Nasywa Rahman, mahasiswa Teknologi Informasi, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (DTETI), Fakultas Teknik UGM angkatan 2021, berkesempatan mengikuti ajang bergengsi Huawei Developer Conference 2025 yang diselenggarakan pada Jumat-Minggu (20-22/6) lalu di Songshan Lake, Dongguan, China. Kegiatan ini menjadi forum internasional bagi para pengembang dan inovator teknologi untuk mengenal lebih dekat ekosistem digital milik Huawei, termasuk Harmony OS, Huawei Cloud Services, dan teknologi mutakhir lainnya seperti Pangu AI Model.
Acara dibuka pada Jumat (20/6) dengan sesi keynote speech oleh para eksekutif Huawei, termasuk CEO dan CTO, yang membagikan visi mereka tentang masa depan teknologi digital, sistem operasi milik sendiri, dan arah transformasi Huawei ke sektor cloud dan AI. Sesi ini berlangsung di Dongguan Basketball Center.
Dua hari berikutnya, yaitu Sabtu-Minggu (21-22/6), peserta diajak mengunjungi langsung Huawei Campus di Songshan Lake, yang menjadi pusat riset dan pengembangan perusahaan. Di sana, Aufa menjelajahi berbagai booth teknologi dan mengikuti beberapa sesi diskusi yang lebih teknis dan spesifik. “Saya tertarik untuk mendalami pengenalan produk Huawei lebih dalam, sekaligus membangun jejaring dengan para profesional teknologi yang hadir di sana,” ujar Aufa.
Meskipun sebagian besar peserta berasal dari China, Aufa menerima undangan khusus untuk hadir dalam acara ini sebagai bagian dari reward atas partisipasinya dalam kompetisi pengembangan teknologi pada Januari lalu. Selama acara, ia juga bertemu dengan peserta lain dari luar negeri, termasuk mahasiswa dari Singapore Management University (SMU) yang sedang magang di China.
Pengalaman ini memberi Aufa wawasan langsung tentang budaya kerja dan lingkungan inovasi Huawei yang sangat dinamis. “Saya sangat menikmati suasananya, terutama karena bisa bertemu dengan rekan-rekan dari berbagai negara dan melihat secara langsung bagaimana skala pengembangan teknologi Huawei yang sangat besar,” ungkapnya. Meski begitu, ia mengakui adanya tantangan bahasa karena sebagian besar kegiatan dan interaksi dilakukan dalam bahasa Mandarin. “Saya nggak bisa bahasa Mandarin, dan jarang ketemu warga lokal yang bisa bahasa Inggris,” tambahnya.

Keikutsertaan Aufa dalam ajang ini menunjukkan bahwa mahasiswa DTETI UGM tidak hanya aktif dalam pengembangan teknologi di dalam negeri, tetapi juga mampu mengambil bagian dalam jaringan inovasi global. Pengalaman langsung di ekosistem teknologi seperti Huawei menjadi bekal berharga bagi pengembangan karier dan kontribusi lebih luas di masa depan. (RAS)