Hack a Farm Innovation Camp 2016 adalah sebuah ajang kompetisi yang diadakan oleh Assistant Cultural Affairs Atache, U.S. Embassy yang bekerja sama dengan berbagai perkumpulan dan perusahaan yang bergerak di bidang agricultural. Lomba tersebut memiliki tujuan utama menumbuhkan rasa kepedulian dan empati terhadap berbagai permasalahan Indonesia di sector pertanian. Pada kesempatan tersebut tim kami berhasil meraih juara kedua.
Beberapa masalah yang diangkat antara lain adalah panjangnya rantai penjualan hasil pertanian dari petani menuju konsumen, yang harus melalui tengkulak satu, tengkulak dua dan seterusnya. Selain itu ada juga keprihatinan para agricultural enthusiast yang menilai bahwa generasi muda Indonesia saat ini cenderung menghindar untuk menjadi petani, padahal dari petani lah negara hidup.
Di sinilah letak keistimewaan ajang Hack a Farm tersebut. Tidak hanya mengadakan kompetisi dan pemberian penghargaan tanpa ada follow up sebagaimana perlombaan lainnya, dalam ajang Hack A Farm ini para peserta juga dibekali dengan kuliah selama kurang lebih dua jam dalam sehari, selama tiga hari. Kuliah mengangkat tema permasalahan di dunia pertanian, yang disampaikan oleh para pengusaha, pendiri start-up, dan perkumpulan yang bergerak dibidang pertanian.
Selama tiga hari peserta juga menjalani live-in, atau tinggal bersama para penduduk sekitar desa Balangan, Minggir, Sleman, Yogyakarta yang notabenenya adalah para petani. Dengan tinggal selama beberapa hari dengan mereka, peserta dapat lebih menggali ilmu tentang tantangan yang petani hadapi selama menjadi petani.
Dari kuliah dan live-in dengan para petani itulah kemudian para peserta diminta untuk membuat sebuah inovasi berbasis teknologi yang sekiranya dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh para petani.
Tim kami, TEKNOTANI, yang diperkuat 2 mahasiswa dari DTETI, yaitu Lintang Kusumandaru (TE 2015) dan Tirta Inovan (TE 2015) mengambil sebuah latar belakang permasalahan yang sering terjadi, yaitu tidak menentunya cuaca karena perubahan iklim dunia dan ganasnya serangan hama tikus dan wereng yang sulit untuk diberantas.
SWARATANDUR V1.0 adalah alat yang berhasil kami rancang dalam perlombaan ini. Berbasis Arduino Uno, alat ini dilengkapi dengan berbagai sensor seperti sensor cahaya, getaran, kelembaban, dan sebagainya untuk mengukur parameter – parameter lahan dan lingkungan sekitar lahan. Alat juga dilengkapi dengan GSM Module 900, sehingga dapat memberikan informasi kondisi lahan kepada petani dalam bentuk SMS. Selain itu SWARATANDUR V1.0 juga dilengkapi dengan sensor ultrasound untuk membangkitkan gelombang akustik berfrekuensi tinggi ( diatas 20 khz ) sebagai pengusir hama tikus.
Selamat atas prestasi tersebut!