
Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Ir. Lesnanto Multa Putranto, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM., SMIEEE., melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Bantaeng dalam rangka mendukung evaluasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan menjajaki kolaborasi pengembangan kawasan industri pada Rabu-Jum’at (7-9/5). Kegiatan ini merupakan bagian rangkaian penelitian bersama tim dosen dari Lembaga Kerjasama Fakultas Teknik UGM (LKFT UGM), sebagai tindak lanjut dari rencana pembangunan PLTU 2 x 300 MW oleh PT Bantaeng Sigma Energi (BSE) di Kawasan Industri Bantaeng.
Ir. Lesnanto hadir bersama lima anggota tim dosen LKFT UGM lainnya, yaitu Ahmad Adhiim Muthahhari, Candra Febri Nugraha, Vempi Satriya Adi Hendrawan, Aginta Ramadhanu Adjani, dan Samuel Panggabean. Keenamnya melakukan pengambilan data primer di lapangan, serta berdialog langsung dengan pihak Pemerintah Kabupaten Bantaeng. Audiensi dengan Bupati Bantaeng menjadi salah satu agenda utama kunjungan ini, membahas arah kebijakan energi daerah dan potensi kerja sama dalam pengembangan infrastruktur kelistrikan dan kawasan industri.
Pembangunan PLTU oleh BSE di Kawasan Industri Bantaeng membutuhkan penyesuaian menyusul perkembangan regulasi energi terkini, khususnya terkait transisi energi bersih dan target penurunan emisi karbon. Oleh karena itu, Pusat Kajian LKFT UGM dipercaya untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan revisi terhadap dokumen Studi Kelayakan (Feasibility Study/FS) yang telah ada.
Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa proyek PLTU sesuai dengan regulasi energi dan lingkungan yang berlaku saat ini, sekaligus mempertimbangkan alternatif pembangkit yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Tim dosen LKFT UGM juga akan menganalisis berbagai aspek teknis, finansial, serta risiko terhadap sistem transmisi dan distribusi listrik, termasuk potensi dampaknya terhadap harga jual listrik ke industri maupun masyarakat.
Selain mengevaluasi rencana utama pembangunan PLTU, tim LKFT UGM juga diminta untuk mengkaji opsi pembangkit sementara untuk mendukung ketersediaan listrik di wilayah tersebut. Dua skenario tengah dipertimbangkan: pertama, penyewaan PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap) sebesar 400 MW berbahan bakar gas, dan kedua, penyewaan pembangkit terapung (barge-mounted) berkapasitas 300 MW dengan bahan bakar HFO (Heavy Fuel Oil) atau gas. Alternatif ini akan dianalisis dari segi biaya, efisiensi, serta kelayakan implementasinya dalam jangka pendek.
Melalui kunjungan ini, LKFT UGM tidak hanya mendukung percepatan proyek strategis nasional di sektor energi, tetapi juga mendorong penguatan sinergi antara akademisi, pemerintah daerah, dan pelaku industri. Seluruh proses ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi teknis yang tidak hanya layak secara operasional, tetapi juga sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. (RAS/Dok. LMP)