Baca langsung ke: Diskusi Simposium Teknik Biomedis 2024: Perkuat Sektor Kesehatan Melalui Sinergi Pendidikan.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan Simposium Teknik Biomedis pada Kamis (14/11), bertempat di Auditorium Gedung Prof. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Smart Green Learning Center (SGLC), Fakultas Teknik. Acara ini mengusung tema “Penguatan Peran P2TBI dalam Menyongsong Sinergi Pendidikan Teknik Biomedis dan Sektor Kesehatan Indonesia.”
Simposium dibuka oleh sambutan dari Prof. Ir. Hanung Adi Nugroho, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM., SMIEEE., Ketua Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi yang menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara ini untuk kedua kalinya. Beliau menegaskan pentingnya kolaborasi antara pendidikan teknik biomedis dan sektor kesehatan guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Sambutan dilanjutkan oleh Dekan Fakultas Teknik, Prof. Ir. Selo, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng., yang menyoroti potensi besar bidang Teknik Biomedis dengan proyeksi pertumbuhan pasar hingga tahun 2030. “Hal ini menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk berkontribusi secara global dalam inovasi teknologi kesehatan,” ujarnya.
Selanjutnya, Prof. Dr. Tri Arief Sardjono, S.T., M.T. sebagai Ketua Perkumpulan Program Studi Teknik Biomedis Indonesia (P2TBI) menyoroti meningkatnya kebutuhan alat kesehatan di Indonesia yang sebagian besar masih bergantung pada impor sehingga penting untuk mendorong sinergi antara pendidikan teknik biomedis dan sektor kesehatan. Semangat ini disambut dengan pemaparan Nurhidayat, S.Si., Apt., Ketua Tim Kerja Pengembangan dan Hilirisasi Alat Kesehatan dan Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro, Direktorat Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, yang menjelaskan kebijakan pemerintah mendorong penguatan industri alat kesehatan dalam negeri untuk mengurangi impor dan mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Menutup rangkaian sambutan, Prof. Dr. Ir. Sri Suning Kusumawardani, S.T., M.T., Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti Kemendikbudristek RI, menekankan pentingnya literasi kecerdasan buatan (AI) bagi mahasiswa teknik biomedis untuk menghadapi tantangan global, terutama dalam aspek etika dan keamanan. Ia juga mengingatkan perlunya pemerataan program studi teknik biomedis agar kontribusi sektor ini dapat dirasakan di seluruh Indonesia.
Diskusi Simposium Teknik Biomedis 2024: Perkuat Sektor Kesehatan Melalui Sinergi Pendidikan
Kegiatan utama dalam Simposium Teknik Biomedis 2024 adalah diskusi, dengan panelis Prof. Dr. Tri Arief Sardjono, S.T., M.T.; Prof. Ir. Hanung Adi Nugroho, S.T., M.Eng., Ph.D., IPM., SMIEEE.; Prof. Dr. Ir. Sri Suning Kusumawardani, S.T., M.T.; Nurhidayat, S.Si., Apt.; dan Ir. Supardjo, Dipl.IM., M.Kes (MMR) yang dipandu oleh moderator Dr.Eng. Ir. Igi Ardiyanto, S.T., M.Eng., IPM., SMIEEE., dosen DTETI FT UGM sekaligus Ketua Program Sarjana Program Studi Teknik Biomedis.
Igi memandu sesi diskusi dengan fokus perbincangan pada pentingnya memperkuat peran teknik biomedis dalam sistem kesehatan Indonesia. Dalam diskusi, Prof. Hanung menggarisbawahi urgensi pembentukan asosiasi profesional untuk mendukung insinyur biomedis dan memastikan pengakuan kompetensi mereka melalui sertifikasi seperti Surat Tanda Registrasi Elektromedis (STR-E). Ia menyoroti perlunya sertifikasi formal untuk menjamin standar kompetensi lulusan teknik biomedis yang sesuai dengan kebutuhan institusi kesehatan. Supardjo menambahkan, jalur karier lulusan teknik biomedis perlu lebih jelas. Kenyataannya, saat ini, lulusan S1 sering bersaing dengan lulusan D4 Elektromedik untuk posisi serupa di rumah sakit. “Perlu ada pengembangan sistem pelatihan terstruktur seperti Clinical Engineering, serupa dengan program residensi dokter, agar insinyur biomedis memiliki jalur karier yang lebih terarah,” demikian usulnya.
Berkenaan dengan hal tersebut, Prof. Arief kembali menegaskan pembagian pendidikan berbasis jenjang, dengan teknisi biomedis melalui D-4 dan insinyur biomedis melalui S-1. Menurutnya, institusi pendidikan harus fokus membekali mahasiswa dengan kompetensi yang sesuai, sementara sertifikasi kompetensi dapat difasilitasi oleh lembaga, seperti Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Prof. Suning menutup diskusi dengan menyoroti perlunya penguatan literasi teknologi, khususnya AI, dalam menghadapi perubahan lanskap kerja yang dipengaruhi oleh otomatisasi. Ia juga menegaskan pentingnya pendidikan yang responsif terhadap tren global.
Penyerahan plakat pada para panelis Simposium Teknik Biomedis 2024: Perkuat Sektor Kesehatan Melalui Sinergi Pendidikan.
Selain diskusi mengenai tantangan dan peluang dalam masa depan Teknik Biomedis, dalam kegiatan ini juga dilaksanakan guest lecture dari Masumi Taki, Associate Professor, University of Electro-Communications (UEC) Tokyo yang membahas tentang pengembangan BioTCI (BIOmolecular Targeted Covalent Inhibitor), dan Ts. Dr. Mohd Ibrahim Shapiai, Associate Professor, Direktur CAIRO, Universiti Teknologi Malaysia (UTM) yang membahas mengenai perspektif terkait kurikulum teknik biomedis dan sinergi lintas negara dalam pengembangan pendidikan.
Pelaksanaan kegiatan ini berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs). Kegiatan ini mendukung SDG 3: Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan dengan berfokus pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui penguatan peran teknik biomedis, dan sejalan dengan SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur dengan mendorong pengembangan ekosistem inovasi alat kesehatan berbasis teknologi lokal. Selain itu, simposium ini juga berkontribusi pada SDG 4: Pendidikan Berkualitas melalui penguatan pendidikan teknik biomedis yang relevan dengan kebutuhan masa depan di era teknologi dan globalisasi.
Simposium Teknik Biomedis memberikan wawasan mendalam tentang tantangan dan peluang dalam bidang teknik biomedis di Indonesia. Para peserta sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta menjadi kunci untuk menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi teknologi kesehatan di masa depan. (RAS)