Ir. Agus Bejo, S.T., M.Eng., D.Eng., IPM., Ketua Program Studi Sarjana Teknologi Informasi, Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (DTETI FT UGM) sekaligus Sekretaris Indonesia Chip Design Collaborative Center (ICDeC) Bavarian Semiconductor Congress (BSC) 2024 dan mengunjungi Bavarian Chip Design Center (BCDC) di Munich pada Senin (3/6) hingga Jum’at (7/6) lalu. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat kolaborasi dan inovasi di bidang semikonduktor. Kunjungan ini dibersamai oleh Ir. Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D., IPU, ACPE., yang menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Kerjasama Fakultas Teknik UGM.
Kongres ini adalah sebuah konferensi internasional bergengsi yang mengumpulkan para ahli, profesional, dan perusahaan dari seluruh dunia untuk membahas perkembangan terbaru, inovasi, dan tren di industri semikonduktor. Tema yang diangkat pada BSC 2024 adalah “Artificial Intelligence as an Innovation Driver for Microelectronics” dan “Sustainability as an Opportunity for the Bavarian Semiconductor and Electronics Industry“. Selama kongres, delegasi UGM dan peserta lainnya tidak hanya menghadiri berbagai sesi presentasi dan diskusi panel saja, tetapi juga berkesempatan untuk mengunjungi pameran teknologi yang menampilkan produk dan solusi terbaru di bidang semikonduktor. Acara ini juga menyediakan platform yang memungkinkan kolaborasi antara para peserta, mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri semikonduktor secara global.
Setelah menghadiri BSC, Agus Bejo dan Ali Awaludin melanjutkan kunjungan ke fasilitas Wafer Fab Infineon Technologies AG di Regensburg. Infineon Technologies AG adalah salah satu industri semikonduktor terkemuka di Jerman, yang memiliki fasilitas produksi IC untuk berbagai bidang seperti industri, otomotif, dan komunikasi nirkabel. “Kunjungan ini memberikan wawasan mendalam mengenai proses produksi dan teknologi canggih yang digunakan dalam pembuatan IC,” demikian pernyataan Agus Bejo.
Selain itu, keduanya juga mengunjungi empat universitas terkemuka di Jerman yang dikenal memiliki fasilitas dan penelitian maju di bidang semikonduktor, yaitu Stuttgart University, ULM University, Dresden University, dan Ferdinand-Braun-Institut (FBH). Kunjungan ke perguruan tinggi ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi penelitian terbaru, menilai kualitas pendidikan, serta menjajaki peluang kerjasama dan penandatanganan MoU untuk pengiriman mahasiswa master maupun doktor dengan pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
UGM tergabung bersama sebelas perguruan tinggi Indonesia lainnya dalam ICDeC, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Lampung (Unila), Universitas Sumatera Utara (USU), Institut Teknologi Sumatera (Itera), Institut Teknologi Kalimantan (ITK), dan Universitas Hasanuddin (Unhas), serta perwakilan dari beberapa kementerian seperti Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Diktiristek), dan LPDP. Rombongan ini dipimpin oleh Duta Besar Indonesia untuk Jerman bersama timnya yang terdiri dari DCM, Konsul Jenderal, atase pendidikan dan kebudayaan, koordinator fungsi ekonomi, dan staf konsuler KBRI Berlin.
Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, yang juga merupakan anggota Satgas Semikonduktor, memimpin delegasi dengan tujuan utama meningkatkan jumlah tenaga ahli Indonesia di bidang semikonduktor. “Harapannya, Indonesia mampu mencetak 500 tenaga ahli dalam lima tahun ke depan melalui beasiswa master dan doktor di Jerman dengan topik semikonduktor, serta peningkatan kapasitas peneliti Indonesia melalui penelitian bersama dengan profesor di Jerman,” ujarnya.
Kegiatan ini mendukung beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu penguatan pendidikan berkualitas dengan meningkatkan kapasitas tenaga ahli dan peneliti di bidang semikonduktor, serta mendukung pengiriman mahasiswa untuk program master dan doktor (SDG 4); penguatan infrastruktur industri semikonduktor di Indonesia (SDG 9); dan penguatan kemitraan global antara universitas dan industri di Indonesia dengan institusi di Jerman, memfasilitasi transfer teknologi, pengetahuan, dan inovasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG 17).
Kunjungan ini tidak hanya bertujuan untuk menilai potensi penelitian terbaru di bidang semikonduktor dan IC Design di Jerman, tetapi juga untuk mengevaluasi kualitas kampus terbaik yang memiliki penelitian di bidang semikonduktor. Selain itu, Agus Bejo juga menjajaki peluang kerja sama joint research yang diharapkan dapat mendukung pengembangan industri semikonduktor di Indonesia antara universitas di Jerman dengan Indonesia, terutama bagi Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. (ABJ/RAS)